BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang. Karena Jepang tahu bahwa Asia Tenggara kaya akan sumber daya alamnya terutama Indonesia, maka Jepang berencana untuk menguasai sumber daya alam di Indonesia hingga masuk kepelosok pulau Jawa.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa latar belakang bangsa Jepang mendarat di Pulau Jawa ?
2. Bagaimana cara bangsa Jepang menguasai sumber daya alam di Pulau Jawa ?
3. Bagaimana pengaruh kedatangan Jepang terhadap wilayah Jawa ?
4. Apa reaksi masyarakat Pulau Jawa terhadap kedatangan Jepang ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kedatangan Jepang Ke Indonesia
Pendudukan Jepang di Indonesia merupakan bagian dari rangkaian imperialisme modernnya di Asia Tenggara.[1][1]Politik imperialisme ini mulai dilaksanakan Jepang sejak awal abad XX. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi imperialisme Jepang adalah adanya kemajuan di bidang industri. Dengan majunya bidang industri ini, Jepang membutuhkan daerah pemasaran baru dan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak.[2][2] Sementara itu, Indonesia adalah negara yang luas dan memiliki kekayaan alam dan jumlah manusia yang melimpah. Dengan demikian, tidak salah jika Indonesia adalah salah satu negara sasaran imperialisme Jepang.
Imperialisme Jepang juga didorong oleh ajaran Shintoisme tentang Hakko-ichiu, yaitu ajaran tentang kesatuan keluarga umat manusia. Sebagai negara yang telah maju, Jepang berkewajiban memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia. Langkah nyata yang diambil untuk mewujudkan ajaran tersebut adalah dengan membentuk lingkungan kemakmuran bersama di kawasan Asia Timur Raya.
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Terjadinya perang pasifik sangat berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia-Belanda adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.
Jepang menguasaiIndonesia diawali dari:
Ø Menduduki Tarakan (10 Januari 1942) kemudian Minahasa, Sulawesi, Balik Papan, dan Ambon.
Ø Pada februari 1942 menduduki Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali. Bagi Jepang Palembang merupakan tempat yang strategis hal ini dikarenakan letak Palembang diantara Batavia sebagai pusat kekuasaan Belanda dan Singgapura yang merupakan pusat kedudukan Inggris.
Ø Di daerah Jawa Jepang pertama mendarat di Banten kemudian ke Indramayu, Kragan (Rembang dan Tuban).
Ø Pada 5 Maret 1942 Jepang menyerang Batavia
Ø 8 Maret 1942 Jepang menyerang Bandung dan berhasil mendudukinya setelah Belanda menyerah kepada Panglima Jepang, Imamura.
Ø Sehingga sejak 9 Maret 1942 Indonesia menjadi daerah kekuasaan Jepang
Pada tanggal 1 Maret 1942, sebelum matahari terbit, Jepang mulai mendarat di tiga tempat di Pulau Jawa, yaitu di Banten, Indramayu, dan Rembang, masing-masing dengan kekuatan lebih kurang satu divisi. Pada awalnya, misi utama pendaratan Jepang adalah mencari bahan-bahan keperluan perang. Pendaratan ini nyatanya disambut dengan antusias oleh rakyat Indonesia.
Kedatangan Jepang memberi harapan baru bagi rakyat Indonesia yang saat itu telah menaruh kebencian terhadap pihak Belanda. Tidak adanya dukungan terhadap perang gerilya yang dilakukan oleh Belanda dalam mempertahankan Pulau Jawa ikut memudahkan pendaratan tentara Jepang.
Pada tanggal 1 Maret 1942, sebelum matahari terbit, Jepang mulai mendarat di tiga tempat di Pulau Jawa, yaitu di Banten, Indramayu, dan Rembang, masing-masing dengan kekuatan lebih kurang satu divisi. Pada awalnya, misi utama pendaratan Jepang adalah mencari bahan-bahan keperluan perang. Pendaratan ini nyatanya disambut dengan antusias oleh rakyat Indonesia.
Kedatangan Jepang memberi harapan baru bagi rakyat Indonesia yang saat itu telah menaruh kebencian terhadap pihak Belanda. Tidak adanya dukungan terhadap perang gerilya yang dilakukan oleh Belanda dalam mempertahankan Pulau Jawa ikut memudahkan pendaratan tentara Jepang.
Melalui Indramayu, dengan cepat Jepang berhasil merebut pangkalan udara Kalijati untuk dipersiapkan sebagai pangkaan pesawat. Hingga akhirnya tanggal 9 Maret tahun Showa 17, upacara serah terima kekuasaan dilakukan antara tentara Jepang dan Belanda di Kalijati.
Sikap Jepang pada awal kedatangannya semakin menarik simpati rakyat Indonesia. Dan kemenangan Jepang atas perang Pasifik digembor-gemborkan sebagai kemenangan bersama, yaitu kemenangan bangsa Asia. Saat tentara Jepang hendak mendarat di Indonesia, Pemerintah Jepang mengeluarkan slogan-slogan : "India untuk orang India, Birma untuk orang Birma, Siam untuk orang Siam, Indonesia untuk orang Indonesia."
Sikap Jepang pada awal kedatangannya semakin menarik simpati rakyat Indonesia. Dan kemenangan Jepang atas perang Pasifik digembor-gemborkan sebagai kemenangan bersama, yaitu kemenangan bangsa Asia. Saat tentara Jepang hendak mendarat di Indonesia, Pemerintah Jepang mengeluarkan slogan-slogan : "India untuk orang India, Birma untuk orang Birma, Siam untuk orang Siam, Indonesia untuk orang Indonesia."
Jepang juga memberikan janji kemerdekaan "Indonesia shorai dokuritsu", dan membiarkan bendera Indonesia dikibarkan. Bahkan sebelum Jepang mendarat di Pulau Jawa, siaran Tokyo sering menyiarkan lagu kebangsaan Indonesia. Tindakan lain yang dilakukan oleh Jepang adalah melakukan pelarangan terhadap penggunaan bahasa Belanda. Sejak itulah bahasa Indonesia ikut berkembang dengan pesat. Keadaan sebelum kedatangan Jepang juga dikisahkan sebagai berikut
2.2 Penjajahan Jepang ke Indonesia
Pendudukan bangsa Jepang di Indonesia berlangsung secara bertahap dari daerah luar pulau Jawa. Daerah yang pertama kali diduduki oleh Jepang adalah Tarakan Kalimantan Timur pada tanggal 11 Januari 1942. Keesokan harinya daerah ini berhasil dikuasai. Pendudukan Jepang terus melebar ke daerah Kalimantan lainnya. Setelah semua wilayah Kalimantan berhasil dikuasai, pasukan militer Jepang bergerak ke pulau Sumatera.
Salah satu daerah di Sumatra yang sangat berarti bagi Jepang adalah Palembang. Dengan dikuasainya Palembang maka gerak mundur pasukan Sekutu di Sumatra ke Jawa dapat ditutup dan kemungkinan masuknya bantuan untuk Sekutu dari daerah Jawa dapat dicegah.[3][3] Penyerbuan tentara militer Jepang ke Palembang dimulai tanggal 12 Februari 1942 dan berhasil dikuasai tanggal 16 Februari 1942. Sementara itu, daerah-daerah lain di Sumatera baru dapat dikuasai pada minggu kedua bulan Maret 1942. Aceh dan Sumatra Timur berhasil diduduki Jepang pada tanggal 11 Maret 1942 dan Sumatra Barat tanggal 17 Maret 1942.
Tentara Jepang yang dikenal dengan Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintah militer pada masa pemerintahan Jepang. Sejak tanggal 7 Maret 1942, tentara Jepang memegang kekuasaan militer dan segala kekuasaannya yang dipegang Gubernur Jendral masa Belanda. Kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh 2 angkatan perang, yaitu:
1. Angkatan Darat (Rikugun)
2. Angkatan Laut (Kaigun)
Dengan kekuasaan masing-masing, yaitu:
1. Jawa dan Madura dengan pusatnya di Batavia di bawah kekuasaan Rikugun
2. Sumatera dan Semenanjung Melayu dengan pusatnya di Singapura berada di bawah kekuasaan Rikugun
3. Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
Untuk menarik perhatian rakyat Indonesia maka Jepang membentuk organisasi-organisasi militer sebagai pengganti oraganisasi pergerakan yang ada di Indonesia. Organisasi tersebut diantaranya:
1. GERAKAN TIGA A
Mempunyai semboyan : Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Dipimpin oleh Syamsuddin SH. Tahun 1943, dibubarkan karena tidak mendapat simpati dari rakyat dan diganti Putera.
1. PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
Putera dibentuk tahun 1943 dipimpin oleh empat serangkai yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur. Tujuan dibentuk Putera yaitu untuk membantu Jepang dalam setiap perang yang dilakukannya. Tetapi Oraganisasi Putera merupakan bumerang bagi Jepang sebab anggota Putera memiliki nasionalisme yang tinggi.
2. PETA(Pembela Tanah Air)
Peta merupakan organisasi bentukan jepang yang terdiri dari pemuda Indonesia. Organisasi ini disebut pula Giyugun. Mereka mendapat latihan militer dari Jepang. Tujuannya untuk memenuhi kepentingan peperangan Jepang di Lautan Pasifik. Ternyata perkembangan Peta sangat membantu Indonesia dalam meraih kemerdekaan melalui perjuangan fisik.
Jenderal Sudirman dan A.H Nasution bpernah sebagai pemimpin PETA.
1944, dibubarkan karena terlalu bersifat nasional dan dianggap membahagiakan.
Selain itu terdapat pula organisasi bentukan Jepang yang lain, seperti: Jawa Hokokai, Cuo Sangi In, Keibondan(Barisan Pembantu Polisi), Seinendan(Barisan Pemuda), dsb.
2.3 Kedatangan Jepang ke Pulau Jawa
Setelahseluruh pulau Sumatera dikuasai, terutama Palembang maka terbukalah pulau Jawa bagi tentara militer Jepang. Kekuatan khusus militer Jepang untuk merebut pulau Jawa berada di bawah komando Tentara XVI dengan pimpinan Letjend Hitoshi Imamura. Pada tanggal 1 Maret 1942, pasukan tersebut berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus yaitu di teluk Banten, di Eretan Wetan dan di Kragan. Setelah pendaratan di tiga tempat tersebut, Jepang segera meluaskan peyerangan ke daerah Batavia dan berhasil menaklukkannya sebagai kota terbuka yang berarti kota itu tidak akan dipertahankan oleh pihak belanda yang terjadi pada tanggal 5 Maret 1942. Segera setelah jatuhnya kota Batavia ke tangan mereka, tentara ekspedisi Jepang langsung bergerak ke selatan dan berhasil menduduki Buitenzorg (Bogor). Pada tanggal yang sama, tentara Jepang bergerak dari Kalijati untuk menyerbu Bandung dari arah utara. Mula-mula digempurnya pertahanan di Ciater, sehingga tentara Hindia Belanda mundur ke Lembang dan menjadikan kota tersebut sebagai pertahanan terakhir. Pada Maret 1942, pasukan-pasukan Sekutu di Jawa diberitahukan oleh mata-mata bahwa suatu kekuatan Jepang sejumlah 250.000 sedang mendekati Bandung, sementara kenyataannya kekuatannya hanya sepersepuluh jumlah itu. Informasi yang keliru itu mungkin merupakan bagian dari alasan mengapa Sekutu menyerah di Jawa.
Pada tanggal 5 Maret 1942 juga, penyerbuan Jepang mulai meluas ke pelosok daerah di Jawa termasuk juga Surakarta. Penyerangan Jepang ke Surakarta dipimpin oleh komandan Funabiki. Kedatangan pasukan musuh tersebut dihadang oleh dua kompi pasukan KNIL, satu peleton kavaleri, dua batalyon legiun Mangkunegaran dan beberapa pasukan milisi. Gabungan pasukan penghadang tersebut masih dapat dikalahkan pasukan Jepang sehingga dalam waktu tidak terlalu lama kota Surakarta berhasil pula dikuasai.
Tak lama sesudah berhasil didudukinya posisi tentara KNIL di Lembang, maka pada tanggal 7 Maret 1942, pasukan-pasukan Belanda di sekitar Bandung meminta penyerahan lokal dari pihak Belanda ini kepada Jenderal Imamura tetapi tuntutannya adalah penyerahan total daripada semua pasukan Serikat di Jawa (dan bagian Indonesia lainnya). Jika pihak Belanda tidak mengindahkan ultimatum Jepang, maka Kota Bandung akan di bom dari udara Jenderal Imamura pun mengajukan tuntutan lainnya agar Gubernur Jenderal Belanda turut dalam perundingan di Kalijati yang diadakan selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Jika tuntutan ini dilanggar, pemboman atas Kota Bandung dari udara akan segera dilaksanakan. Akhirnya pihak Belanda memenuhi tuntutan Jepang dan keesokan harinya, baik Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer maupun Panglima Tentara Hindia Belanda serta beberapa pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Di sana mereka kemudian berhadapan dengan Letnan Jenderal Imamura yang datang dari Batavia (Jakarta). Hasil pertemuan antara kedua belah pihak adalah kapitulasi tanpa syarat Angkatan Perang Hindia Belanda kepada Jepang.
Dengan penyerahan tanpa syarat oleh Letnan Jenderal H. Terpoorten, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama Angkutan Perang Serikat di Indonesia kepada tentara ekspedisi Jepang di bawah Pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942, berakhirlah pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia dan dengan resmi mulailah kekuatan pendudukan Jepang di wilayah Jawa dan wilayah Indonesia lainnya.
2.4 Pengaruh Penjajahan Jepang Terhadap Pulau Jawa
Pengaruh penjajahan Jepang terhadap wilayah terhadap lokalitas di wilayah Jawa berdampak terhadap bidang politik, ekonomi, pendidikan, social,
1. Bidang Politik
- Organisasi politik di Indonesia tidak berkembang bahkan dihapuskan oleh Jepang
- Didirikan/ dibentuknya berbagai organisasi Jepang
- Kehidupan politik rakyat diatur oleh pemerintah Jepang
- Meskipun ada organisasi politik yang masih terus berjuang menentang Jepang.
2. Bidang Ekonomi
Sama dengan negara imperialis yang lain Jepang datang dengan masalah ekonomi yaitu untuk mencari daerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari pemasaran untuk hasil-hasil industrinya.
o Aktivitas ekonomi zaman Jepang sepenuhnya di pegang oleh Jepang.
3. Bidang Pendidikan
§ Pendidikan berkembang pesat di banding masa Hindia Belanda
§ Bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah di sekolah yang dibangun pemerintah
§ Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-sekolah
§ Berbagai nama diIndonesiakan
Tetapi semua yang dilakukan oleh Jepang tersebut hanya untuk menarik simpati rakyat agar mau membantu Jepang mengahadapi lawan-lawannya dalam Perang Pasifik.
4. Bidang Sosial
ü Jepang memperkenalkan sistem Tonorigumi (Rukun Tetangga/RT) yang tergabungdalam Ku(desa)
ü Kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan sebab rakyat harus memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuhnya.
ü Rakyat juga harus kerja paksa yang disebut dengan kerja Romusha. Dari kerja paksa tersebut menyebabkan jatuh banyak korban akibat kelaparan dan terkena penyakit.
ü Banyak wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada masa itu.
5. Bidang Birokrasi
v Kekuasaan Jepang di Indonesia di pegang oleh kalangan militer yaitu Angkatan Darat (Rikugun) dan Angkatan Laut (Kaigun)
v Sistem pemerintahan diatur berdasar aturan militer
v Orang-orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih penting dari sebelumnya yang hanya dipegang oleh orang Belanda, dengan masih dalam pengawasan Jepang.
6. Bidang Kebudayaan
Ø Jepang mempunyai kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit sebagai keturunan Dewa Matahari.
Ø Pengaruh Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film, dan drama sebagai alat propaganda mereka.
Ø Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
Ø Anak-anak sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang baik untuk kesehatan mereka.
Ø Setiap hari bagi anak-anak sekolah maupun para pegawai wajib untuk menghormati bendera (merah putih) dan menyanyikan lagu kebangsaan nasional.
Semua itu merupakan warisan kebiasaan Jepang bagi bangsa Indonesia.
7. Bidang Militer
Para pemuda Indonesia diberi pendidikan militer melalui organisasi PETA.
Mereka akhirnya menjadi inti kekuatan dan pergerakan perjuangan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaan.
2.5 Perlawanan atau Reaksi Bangsa Indonesia Terhadap Kedatangan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang, para pemimpin perjuangan bangsa Indonesia bersikap hati-hati. Hal ini dikarenakan pemerintah pendudukan Jepang sangat kejam, menyiksa bahkan membunuh terhadap siapa saja yang terang-terangan menentang Jepang. Semua organisasi kebangsaan yang telah ada sejak penjajahan Belanda dibubarkan. Para pemimpin pergerakan kebangsaan selalu dicurigai dan diawasi dengan ketat. Hal tersebut disebabkan karena sebelum Jepang masuk ke Indonesia telah mengirimkan mata-mata sehingga memiliki data yang lengkap keadaan politik di Indonesia. Menghadapi keadaan yang serba sulit maka para pemimpin bangsa Indonesia berjuang dengan menyesuaikan situasi dan kondisi. Mereka tidak kehilangan semangat perjuangan. Dengan taktik kooperasi para pemimpin dapat membela nasib rakyat dan memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah Jepang untuk kepentingan nasional. Namun ada pula yang mengadakan gerakan bawah tanah atau ilegal maupun dengan perlawanan bersenjata. Semua itu adalah mempunyai cita-cita yang sama yakni mewujudkan Indonesia merdeka. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Jepang dengan cara memanfaatkan organisasi buatan Jepang seperti PUTERA dan perjuangan melalui organisasi Islam Majelis Islam A’la Indonesia. Pada akhir tahun 1943 di Bogor didirikan Renseitai (Satuan Pendidikan Perwira). Dari catatan Jepang, dapat diketahui berapa jumlah anggota Peta yang mendapat pendidikan militer. Sampai bulan November 1944 tercatat kekuatan Peta di Jawa sebanyak 33.000 orang dan di Bali 1.500 orang. Di Sumatera telah dilatih sebanyak 6.000 Gyugun.
Tahun 1945, seluruh kekuatan Peta mencapai 66 batalyon di Jawa dan 3 batalyon di Bali. Selain itu masih terdapat sekitar 25.000 prajurit Heiho. Apabila dalam struktur komando Peta, semua perwira adalah orang Indonesia, dalam Heiho, seluruh perwiranya adalah orang Jepang. Pangkat tertinggi orang Indonesia dalam Heiho adalah sersan.
Latihan militer yang diperoleh para pemuda ini hanya dengan memakai bambu runcing. Kelompok-kelompok ini dipersiapkan sebagai pendukung Peta, Heiho dan gyugun, sedangkan Keibodan diperbantukan kepada kepolisian untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Tahun 1944 muncul beberapa perlawanan di wilayah Jawa yang dapat dipadamkan oleh Jepang, yaitu :
ü Daerah Indramayu(Karang Ampel, Sindang)
1943 muncul perlawanan dipimpin oleh Haji Madriyan, dkk tetapi berhasil dipadamkan oleh Jepang.
ü Daerah Sukamanah, Tasikmalaya
1943 terjadi perlawanan dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Ia berhasil membunuh kaki tangan Jepang dan balasannya Jepang melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat.
ü Blitar
14 Februari 1945 terjadi pemberontakan PETA yang dipimpin oleh Supriyadi (putra bupati Blitar) yang dibantu dr. Ismail, Mudari, Suwondo. Pemberontakan ini mampu membinasakan orang-orang Jepang di Blitar, Jepang sangat terkejut lagi pula saat itu Jepang sering mengalami kekalahan dalam perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik. Akhirnya Jepang mengepung kedudukan Supriyadi. Melakukan tipu muslihat bahwa jika para pemberontak menyerah maka mereka akan dijamin keselamatannya serta akan dipenuhi segala tuntutannya. Hal ini berhasil sebab banyak anggota PETA yang menyerah. Mereka akhirnya di hukum mati maupun meninggal karena disiksa Jepang. Dan keadaan Jepang menjelang akhir kekuasaannya, dikarenakan:
ü Jepang semakin terdesak dalam Perang Pasifik sebab Pulau Saipan jatuh ke tangan Amerika Serikat Juli 1944, hal ini adalah sebuah ancaman.
ü Dalam berbagai peperangan Jepang selalu mengalami kekalahan.
ü Tanggal 9 September 1944, Perdana Menteri Kaiso, memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia untuk menarik simpati rakyat selain itu setiap kantor diperkenalkan mengibarkan bendera merah putih meskipun harus berdampingan dengan bendera Jepang.
Jepang sendiri kemudian menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, namun kapitulasi Jepang secara resmi ditandatangani tanggal 2 September 1945, pukul 09.04, di atas kapal perang AS Missouri, di teluk Tokyo. Serah terima dari tentara Jepang di Asia Tenggara dilaksanakan di Singapura pada tanggal 12 September 1945, pukul 03.41 GMT. Admiral Lord Louis Mountbatten, Supreme Commander South East Asia Command, mewakili Sekutu, sedangkan Jepang diwakili oleh Letnan Jenderal Seishiro Itagaki, yang mewakili Marsekal Hisaichi Terauchi, Panglima Tertinggi Balatentara Kekaisaran Jepang untuk Wilayah Selatan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kedatangan bangsa jepang ke Indonesia Awal mula ekspansi Jepang ke Indonesia didasari oleh kebutuhan Jepang akan minyak bumi untuk keperluan perang. Menipisnya persediaan minyak bumi yang dimiliki oleh Jepang untuk keperluan perang ditambah pula tekanan dari pihak Amerika yang melarang ekspor minyak bumi ke Jepang. Langkah ini kemudian diikuti oleh Inggris dan Belanda. Keadaan ini akhirnya mendorong Jepang mencari sumber minyak buminya sendiri.
Pada tanggal 1 Maret 1942, sebelum matahari terbit, Jepang mulai mendarat di tiga tempat di Pulau Jawa, yaitu di Banten, Indramayu, dan Rembang, masing-masing dengan kekuatan lebih kurang satu divisi. Pada awalnya, misi utama pendaratan Jepang adalah mencari bahan-bahan keperluan perang. Pendaratan ini nyatanya disambut dengan antusias oleh rakyat Indonesia karena dengan segala janji dan kebohongan yang diberikan kepada orang Indonesia yang berjanji akan membantu memerdekakan Indonesia dari jajahan Belanda. Dan ternyata semua itu hanyalah taktik Jepang saja untuk menguasai Indonesia.
[1][1] Imperialisme adalah suatu sistem penjajahan langsung suatu negara terhadap negara lain. Ada dua jenis imperialisme yaitu imperialisme kuno dan modern. Imperialisme modern berlangsung setelah revolusi industri berkembang pesat. Latar belakang dari imperialisme modern adalah keinginan negara penjajah mengembangkan ekonominya. Lihat: Samekto, 1982, Ikhtisar Sejarah Bangsa Inggris, Jakarta: Sastra Hudaya, hal. 232-233.
[2][2] Cahyo Budi Utomo, 1995, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan hingga Kemerdekaan, Semarang: IKIP Semarang Press, hal. 177.
0 komentar:
Posting Komentar